Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2023

MODUL 2.1 : KONEKSI ANTAR MATERI

 Berikut adalah tugas koneksi antar materi modul 2.1 tentang pembelajaran berdiferensiasi. 

MODUL 2.1 : RUANG KOLABORASI

Identifikasi Pembelajaran Berdiferensiasi   Situasi 3 - SMP  Pak Dudidam, seorang guru SMP, ingin mengajarkan murid-muridnya materi tentang iklan. Tujuan pembelajarannya adalah murid-murid dapat menangkap makna secara kontekstual terkait fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari iklan tentang produk dan jasa.Pak Dudidam lalu membuat skenario pembelajaran sbb:  Diskusi Seluruh Kelas Di awal pembelajaran. Pak Dudidam melakukan diskusi untuk memperkenalkan murid pada topik tentang iklan dengan menggunakan beberapa Pertanyaan Pemandu seperti:  Apa yang membedakan antara iklan dengan bentuk tulisan lain?  Iklan apa yang benar-benar menarik untuk kalian?  Apakah dibutuhkan biaya untuk membuat sebuah iklan?  Jenis pekerjaan apa yang tersedia dalam periklanan?  Kerja Individu/Pasangan/Kelompok Kecil,Setelah itu, Pak Dudidam meminta murid melakukan kegiatan Tulis---Berbagi dengan pasangan--Berbagi dengan pasangan lain.  Secara individu, murid a

MODUL 1.4: PRAKTIK KEYAKINAN KELAS

 Berikut adalah dokumentasi pembuatan keyakinan kelas dengan media padlet.

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 Berikut adalah jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.4 dengan model Six Thinking Hats (Teknik 6 Topi)

AKSI NYATA MODUL 1.4

Menuntun Tumbuhnya Motivasi Intrinsik oleh Ahmad Mukhlis Anshori CGP Angkatan 9 SMAN 2 Ponorogo Latar Belakang Setiap sekolah pasti mengharapkan memiliki budaya positif.  budaya positif di sekolah adalah nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi yang kritis penuh hormat dan tanggung jawab.  budaya positif bisa terwujud jika setiap warga sekolah memiliki disiplin diri yang positif.  sikap positif akan sangat baik jika tumbuh dari motivasi  intrinsik. Disiplin yang tumbuh dari  motivasi intrinsik akan memiliki ketahanan yang lebih lama dibandingkan jika disiplinnya tumbuh dari motivasi ekstrinsik.  Bagaimana cara untuk menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri warga sekolah khususnya pada murid?  Mengapa harus motivasi yang ditumbuhkan dalam diri murid?  jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Tujuan Menumbuhkan motivasi intrinsik dalam diri agar memiliki disiplin yang p

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK

Berikut adalah jurnal refleksi dwi mingguan modul 1.3 visi guru penggerak dengan model papan certia reflekstif.

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.2 NILAI DAN PERAN GURU PENGGERAK

 Berikut adalah refleksi dwi mingguan modul 1.2 tentang nilai-nilai dan peran guru penggerak dengan model segitiga refleksi.

MODUL 1.4: KONEKSI ANTAR MATERI

Sebagai seorang guru saya harus memiliki kemampuan dalam mewujudkan budaya positif di kelas maupun di sekolah dengan menerapkan: Disiplin Positif Memahami Motivasi Perilaku Manusia Berkaitan Dengan Hukuman Dan Penghargaan Posisi Kontrol Guru Pembuatan Dan Penerapan Keyakinan Kelas /Sekolah Penerapan Segitiga Restitusi Disiplin Positif  Disiplin positif adalah cara penerapan disiplin yang mengajarkan anak bertanggung jawab dan menumbuhkan kesadaran diri berdasarkan nilai-nilai kebajikan. Disiplin positif lebih ke arah disiplin diri yang dapat mengontrol diri dalam melakukan segala tindakan. Disiplin positif membuat murid memahami dan menyadari berdasarkan motivasi internal, bukan motivasi eksternal Motivasi Perilaku Manusia Motivasi perilaku manusia dibedakan menjadi dua yaitu motivasi eksternal dan motivasi internal. Motivasi eksternal dapat berupa upaya menghindari ketidaknyamanan atau hukuman. Selain itu juga dapat berupa upaya untuk mendapatkan penghargaan dari orang lain. Sedangkan

MODUL 1.4: PRAKTIK SEGITIGA RESTITUSI

Tugas demonstrasi kontekstual modul 1.4 adalah melakukan praktik segitiga restitusi pada siswa yang melakukan pelanggaran terhadap keyakinan kelas. Pelanggaran keyakinan kelas yang dilakukan siswa adalah tidur saat pembelajaran berlangsung dan tidak mengumpulkan tugas-tugas yang telah diberikan guru.  Berikut adalah skenario segitiga restitusi yang dilakukan untuk mencari solusi bagi pelanggaran yang dilakukan siswa.  Demonstrasi Kontekstual Modul 1.4 Skenario Segitiga Restitusi Guru : "Panji ya namanya?  Murid 1: " Ya" Guru : " Rumahnya daerah mana? " Murid 1: "Siman Pak" Guru : " Oh dekat berarti dari sekolah. Hari ini saya memanggil kamu bukan untuk mencari memberikan hukuman karena kesalahan tetapi saya melihat ada kendala yang kamu hadapi dalam pembelajaran yang perlu kita cari solusinya bersama". Murid 1 : "Ya Pak" Guru : "Apakah kamu tahu kendala atau pelanggaran keyakinan apa yang telah kamu lakukan? ” Murid : "Ta

AKSI NYATA MODUL 1.3

 Pada modul 1.3 telah dipelajari tentang visi guru penggerak. Setiap CGP membuat visi diri yang kemudian akan diwujudkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Visi diri tersebut berkaitan dengan cita-cita CGP terhadap murid untuk masa yang akan datang. Visi diri dari CGP selanjutnya dianalisis dengan pendekatan ATAP (Aset, Tantangan, Aksi, Pembelajaran) sehingga diperoleh prakarsa perubahan dari masing-masing CGP.  Prakarsa perubahan saya adalah "Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah melalui pembelajaran kontekstual". Prakarsa perubahan tersebut diwujudkan dalam aktivitas pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan konsep-konsep fisika.  Berikut adalah beberapa kegiatan pembelajaran sebagai wujud prakarsa perubahan di atas.  Kegiatan Praktikum Jangka Sorong untuk mengukur benda-benda di sekitar siswa sebagai bentuk pembelajaran kontekstual pemanfaatan alat ukur dalam keseharian.  Demontrasi hukum Ne

MODUL 1.4: TUGAS RUANG KOLABORASI

 Berikut adalah analisis kelompok 1 terhadap kasus 1 pada ruang kolaborasi modul 1.4. Ilustrasi Kasus Guru Matematika dan wali kelas 8, Ibu Santi sakit, sehingga tidak dapat masuk dan mengajar. Akhirnya dicarikan guru pengganti, Ibu Eni. Ibu Eni baru 2 tahun menjadi guru SMP. Beberapa murid perempuan, Fifi dan Natali, mengetahui hal ini dan mulai menggunakan kesempatan dan bersikap seenaknya, tertawa dan tidak mengindahkan kehadiran Ibu Eni. Ibu Eni mencoba menyapa Fifi dan Natali dengan ramah, sambil mengingatkan mereka untuk tetap fokus pada pengerjaan tugas, “Ayolah tugasnya dikerjakan, nanti Ibu ditegur Bapak Kepala Sekolah kalau kalian tidak kerjakan tugas. Tolong bantu Ibu ya?” Namun Fifi dan Natali malah jadi tertawa, “Ah Ibu, santai saja bu”. Mereka tetap tidak mengerjakan tugas dan malah mengobrol. Keesokan harinya, Ibu Santi memanggil Fifi dan Natali serta menanyakan tentang laporan Ibu Eni. Ibu Santi menanyakan apakah mereka bersedia melakukan memperbaiki permasalahan yang a

PRESENTASI CITA-CITA/VISI WARGA SEKOLAH UNTUK MURID DI MASA YANG AKAN DATANG

 Berikut adalah dokumentasi presentasi cita-cita/visi warga sekolah untuk murid di masa yang akan datang. Berikut adalah dokumentasi kegiatan diskusi visi CGP

JURNAL DWIMINGGUAN KE-1

Pada pertengahan Agustus ini tepatnya tanggal 15 Agustus 2023 saya mulai Pendidikan Guru Penggerak (PGP) angkatan 9. Kegiatan ini diawali dengan mencoba login dan update profil di Learning Management System (LMS) PGP 9. Pembukaan secara resmi dilaksanakan pada tanggal 16 Agustus 2023 dilanjutkan dengan orientasi dari Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Jawa Timur. Mulai saat itu saya sudah mulai aktif di PGP dengan kegiatan pembelajaran secara mandiri melalui LMS maupun secara tatap maya di video conference. Materi pada tahap awal ini yaitu modul 1.1 yang berisi tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara (KHD) tentang pendidikan. Ada banyak hal baru yang saya dapatkan dari materi modul 1.1. Diantara materi baru yang saya dapatkan adalah pandangan KHD peran guru dalam proses pendidikan diibaratkan seperti seorang petani atau tukang kebun. Sedangkan siswa/anak dipandang sebagai biji yang ditanam dan dipelihara oleh petani. Siswa tidak dipandang sebagai kertas kosong tetapi siswa/anak dipandang

MODUL 1.3: KONEKSI ANTAR MATERI

Tujuan pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak agar sesuai dengan kodrat alam dan zaman.  Dimensi Profil Pelajar Pancasila: Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia Bergotong Royong Berkebhinekaan Global Bernalar kritis Kreatif Mandiri Inkuiri Apresiatif (IA) adalah  pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan. Peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) antara lain adalah Menjadi contoh bagi murid dalam menerapkan dimensi profil pelajar pancasila Memberi kesempatan atau ruang bagi murid untuk menerapkan dimensi profil pelajar pancasila dalam proses pembelajaran. Mewujudkan visi diri atau sekolah melalui prakarsa perubahan dengan berbasis Aset   Berikut adalah dokumentasi yang terkait peran pendidik dalam mewujudkan filosofi KHD dan Profil Pelajar Pancasila Guru Menjadi Tel

MODUL 1.1 : TUGAS RUANG KOLABORASI

Berikut adalah tugas ruang kolaborasi modul 1.1 tentang nilai sosio kultur di daerah yang sesuai dengan filosofi pendidikan  KHD.

AKSI NYATA MODUL 1.2

Modul 1.2 berkaitan dengan nilai dan peran guru penggerak. Di dalam Koneksi antar materi pada modul 1.2 telah saya sebutkan langkah yang saya rencanakan untuk dilaksanakan untuk mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid dan menyenangkan adalah senantiasa berkolaborasi dengan rekan sejawat serta menerima masukan dari siswa melalui refleksi di akhir pembelajaran. Berikut adalah dokumentasi kegiatan yang telah dilakukan. Kegiatan MGMP Fisika kabupaten Ponorogo sebagai salah satu bentuk kolaborasi dengan sesama guru fisika SMA/MA se-kabupaten Ponorogo. Menerima masukan dan saran dari siswa terkait kegiatan pembelajaran melalui refleksi. Mewujudkan salah satu masukan dari siswa pembelajaran disertai kegiatan praktik